BI Pertahankan Suku Bunga Rendah Sampai Inflasi Merangkak

Diterbitkan pada Jumat, 04 December 2020

Jakarta, CNN Indonesia -- 

Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan tetap rendah. Per November 2020, BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) berada di posisi 3,75 persen, yang merupakan tingkat terendah dalam sejarah.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tingkat suku bunga rendah akan dipertahankan hingga terjadi tekanan akibat inflasi.

"Suku bunga tetap rendah sampai munculnya tanda-tanda tekanan inflasi meningkat," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, Kamis (3/12).

Pada November 2020 lalu, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan Oktober 2020 sebesar 0,07 persen.

Namun, tiga bulan sebelumnya terjadi deflasi secara berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) pernah menyampaikan jika deflasi tersebut menandakan daya beli masyarakat belum pulih akibat covid-19.

Perry menambahkan bank sentral akan menggunakan semua instrumen yang dimiliki untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), baik melalui stimulus moneter maupun makroprudensial. Ia menuturkan BI juga akan tetap melonggarkan likuiditas perbankan guna mendorong penyaluran kredit untuk menggerakkan perekonomian.

"BI berkoordinasi erat dengan pemerintah dan KSSK tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ucapnya.

Selama pandemi, bank sentral telah melakukan sejumlah kebijakan antara lain pelonggaran moneter lewat instrumen kuantitas atau quantitative easing (QE) dengan suntikan dana. Selain itu, BI juga dan pemerintah berbagi beban (burden sharing) dalam memenuhi kebutuhan dana penanganan dampak pandemi virus corona dan program PEN. 


Kembali