Ekonom sebut pemulihan ekonomi Indonesia 2022 lambat, ini penyebabnya

Diterbitkan pada Jumat, 21 May 2021

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi dpada 2022 berkisar 5,2% hingga 5,8% year on year (yoy).

Kendati demikian, Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas, Luthfi Ridho, mengatakan, risiko pemulihan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan masih cukup besar.  

Apalagi kalau melihat bahaya potensi kasus Covid-19 seperti di India. Oleh karenanya, Luthfi memprediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3,7%  sampai 5,4% yoy pada 2022, dan 2,1% sampai 4,4% yoy pada tahun ini. 

“Persaingan antara China dan Amerika Serikat (AS) masih menjadi sentimen negatif, meski recovery ekonomi di kedua negara bisa menjadi katalis ekonomi global termasuk Indonesia,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Kamis (20/5).

Adapun Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan mendongkrak ekonomi di tahun depan dengan fokus pada pemulihan ekonomi dan reformasi struktural.

Dari sisi belanja, upaya penguatan spending better dilakukan melalui pengendalian belanja agar lebih efisien, lebih produktif, dan menghasilkan multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian serta efektif untuk meningkatkan kesejahteraan.  

Sri Mulyani menekankan pemanfaatan anggaran harus lebih difokuskan untuk mendukung program prioritas, mendorong efisiensi kebutuhan dasar, dan menjaga agar pelaksanaan anggaran berbasis hasil (results-based). 

Untuk itu, alokasi belanja negara tahun depan diperkirakan mencapai 14,69% hingga 15,3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara penerimaan negara berkisar 10,18% hingga 10,44% terhadap PDB. Lalu, keseimbangan primer tahun depan antara minus 2,31% sampai minus 2,65% dari PDB. 

Dus, defisit APBN tahun depan diperkirakan berada di rentang minus 4,51% sampai minus 4,85% dari PDB. Dengan tingkat rasio utang berada di level 43,76% hingga 44,28% terhadap PDB. 

Dari postur RAPBN 2022 itu, Luthfi menilai hal tersebut menunjukkan adanya upaya konsolidasi fiskal, langkah yang patut diapresiasi. Sehingga dalam kisaran outlook APBN tahun depan dinilai cukup wajar, seiring dengan flexibilitas fiskal. 

“Sekiranya nanti diperlukan strategi fiskal yang lebih akomodatif, pemerintah saya rasa sudah siap untuk mengeluarkan jurus-jurus penangkal melalui flexibilitas fiskal tersebut,” kata Luthfi. 

Dengan demikian, Luthfi mengatakan indikator ekonomi makro dengan postur RAPBN2022 bisa lebih berkesesuaian dengan situasi yang dihadapi di 2022 nanti.  


Kembali